Senin, 27 Januari 2014

Intensitas Banjir Pra dan Pasca Jokowi Menjabat Jadi Gubernur DKI



Bulan januari ini lagi memasuki musim hujan hampir setiap hari turun hujan, dari intensitas yang rendah sampai tinggi. Hujan tidak bisa di prediksi turunnya, sering ketika hari sedang panas tiba-tiba turun hujan seketika, dari pagi sampai malam hari hujan terus mengguyur berhenti pun hanya seketika. Masalah banjir memang tidak pernah jauh-jauh dari Jakarta. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan guna menghambat datangnya banjir memang masih minim. Banyak dari masyarakat kita yang belum mau sadar bahwa masalah banjir ini datang sebenernya dari mereka sendiri. Bukan hanya kiriman dari kota Bogor atau sekitarnya.

Membuang sampah sembarangan di kali atau irigasi air yang akhirnya sampah itu akan menyumbat jalanan air yang seharusnya tidak ada. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai sebenarnya mereka juga turut andil dalam proses timbulnya banjir itu sendiri. Pemerintah sebenarnya sudah memberikan larangan untuk tidak tinggal di bantaran sungai / kali karena lama kelamaan semakin banyak warga yang hidup di pinggir / bantaran sungai dan kali tersebut akan membuat lebar sungai semakin kecil karena rata-rata mereka membangun tempat tinggal dengan memakan bagian dari sungai tersebut. Akibatnya luas sungai yang awal nya cukup untuk menampung air, lama kelamaan mengecil dan jadi gak cukup untuk menampung air, belum lagi di tambah sampah yang menyumbat jalannya air.

Di tahun 2014 ini mencul Opini kalau titik lokasi banjir di Jakarta sudah menurun semenjak Kepemimpinan Bapak Jokowi. Dijelaskan bahwa  Titik banjir di Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Jokowi diklaim lebih sedikit daripada masa pemerintahan Fauzi Bowo. Titik-titik banjir di Ibukota pada masa Jokowi jumlahnya cuma ada separuh dari titik banjir pada saat Foke memimpin.

Titik banjir di zaman Foke awalnya 78, terus ada BKT turun jadi 62. Zaman Pak Jokowi turun lagi jadi 45 dan sekarang sudah 35 titik. Genangan yang ada di kawasan Pluit juga jauh berkurang setelah program normalisasi waduk dilakukan oleh Jokowi. Begitu pula titik banjir di Jalan Sudirman-Thamrin sudah tidak terdampak banjir pada musim banjir kali ini, kalau musim hujan pada tahun ini belum mencapai puncaknya. Terlebih lagi, titik banjir tidak bisa diprediksi karena muncul secara tiba tiba. Saat ini justru terdapat beberapa titik yang awalnya tidak ada, sekarang justru malah ada.

Menghilangkan banjir dari Jakarta sangat sulit, mengingat geografis sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan air laut dan dialiri 13 sungai. Oleh sebab itu, yang paling penting untuk menanggulangi banjir di Jakarta adalah kewaspadaan masyarakat. Siapa pun gubernurnya akan sangat sulit mengatasi banjir. Jadi warga harus bisa hidup harmonis dengan ancaman bencana. Saat musim hujan jangan panik, siapkan langkah-langkah evakuasi.

Ref :

dianovieta.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar