Bulan januari ini lagi memasuki musim hujan hampir setiap hari turun hujan,
dari intensitas yang rendah sampai tinggi. Hujan tidak bisa di prediksi
turunnya, sering ketika hari sedang panas tiba-tiba turun hujan seketika, dari
pagi sampai malam hari hujan terus mengguyur berhenti pun hanya seketika. Masalah
banjir memang tidak pernah jauh-jauh dari Jakarta. Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan guna menghambat
datangnya banjir memang masih minim. Banyak dari masyarakat kita yang belum mau
sadar bahwa masalah banjir ini datang sebenernya dari mereka sendiri. Bukan
hanya kiriman dari kota Bogor atau sekitarnya.
Membuang sampah sembarangan di kali atau irigasi air yang akhirnya sampah
itu akan menyumbat jalanan air yang seharusnya tidak ada. Masyarakat yang
tinggal di bantaran sungai sebenarnya mereka juga turut andil dalam proses
timbulnya banjir itu sendiri. Pemerintah sebenarnya sudah memberikan larangan
untuk tidak tinggal di bantaran sungai / kali karena lama kelamaan semakin
banyak warga yang hidup di pinggir / bantaran sungai dan kali tersebut akan
membuat lebar sungai semakin kecil karena rata-rata mereka membangun tempat
tinggal dengan memakan bagian dari sungai tersebut. Akibatnya luas sungai yang
awal nya cukup untuk menampung air, lama kelamaan mengecil dan jadi gak cukup
untuk menampung air, belum lagi di tambah sampah yang menyumbat jalannya air.
Di tahun 2014 ini mencul Opini kalau titik lokasi banjir di Jakarta sudah
menurun semenjak Kepemimpinan Bapak Jokowi. Dijelaskan bahwa Titik banjir
di Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Jokowi diklaim lebih sedikit
daripada masa pemerintahan Fauzi Bowo. Titik-titik banjir di Ibukota pada masa
Jokowi jumlahnya cuma ada separuh dari titik banjir pada saat Foke memimpin.
Titik banjir di zaman
Foke awalnya 78, terus ada BKT turun jadi 62. Zaman Pak Jokowi turun lagi jadi
45 dan sekarang sudah 35 titik. Genangan yang ada
di kawasan Pluit juga jauh berkurang setelah program normalisasi waduk
dilakukan oleh Jokowi. Begitu pula titik banjir di Jalan Sudirman-Thamrin sudah
tidak terdampak banjir pada musim banjir kali ini, kalau musim hujan
pada tahun ini belum mencapai puncaknya. Terlebih lagi, titik banjir tidak bisa
diprediksi karena muncul secara tiba tiba. Saat ini justru terdapat beberapa
titik yang awalnya tidak ada, sekarang justru malah ada.
Menghilangkan
banjir dari Jakarta sangat sulit, mengingat geografis sebagian besar wilayahnya
berada di bawah permukaan air laut dan dialiri 13 sungai. Oleh sebab itu, yang
paling penting untuk menanggulangi banjir di Jakarta adalah kewaspadaan
masyarakat. Siapa pun gubernurnya akan sangat sulit mengatasi banjir. Jadi warga
harus bisa hidup harmonis dengan ancaman bencana. Saat musim hujan jangan
panik, siapkan langkah-langkah evakuasi.
Ref :
dianovieta.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar