Review
KAJI
TINDAK PENINGKATAN PERAN KOPERASI DAN UKM
SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN ALTERNATIF
*)
Peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian
Sumberdaya UKMK
Oleh :
Jannes
Situmorang*
METODE KAJIAN
1. Lokasi
dan Objek Kajian
Kajian
dilaksanakan di 9 (sembilan) propinsi yang meliputi : Sumatera Selatan, Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi
Selatan. Objek telitian adalah BMT dan yang akan diteliti adalah aspek kelembagaan
dan keuangan usaha BMT itu sendiri.
2.
Jenis Data
Jenis data yang
dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
lapangan yang berpedoman pada kuesioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya,
sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan instansi terkait, baik di pusat
maupun di daerah.
3.
Penarikan Sampel
BMT, baik yang
berbentuk KSM maupun koperasi di masing-masing propinsi dijadikan sebagai
sampel, dengan total sampel 74 buah. Penarikan sampel (sampling) dilakukan
dengan purposive atas BMT yang berada di lingkungan lembaga-lembaga keagamaan.
4.
Model Analisis.
Data yang sudah
terkumpul dari lapangan akan dianalisis dengan menggunakan analisa
deskriptif.
5.
Organisasi Pelaksana
dan Pembiayaan
Kajian ini
ditangani satu tim yang terdiri dari Koordinator, Peneliti, Asisten Peneliti dan
Staf Administrasi yang dibiayi dari Anggaran Pembangunan Belanja Negara.
HASIL
KAJIAN DAN PEMBAHASAN
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 74
BMT, dimana 71% diantaranya dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan
29% dalam bentuk koperasi. Pada saat penelitian dilakukan, sebagian KSM sedang
dalam proses mendapatkan Badan Hukum Koperasi. Pengamatan di lapang menunjukkan
bahwa mekanisme kerja antara kedua bentuk badan hukum tersebut sama. Dengan
demikian yang mempengaruhi output kedua lembaga tersebut bukan terletak pada
bentuk badan hukumnya tetapi ditentukan semata-mata oleh kemampuan Para
Pengelola BMT.
Dalam penelitian ini, yang akan
dianalisis secara mendalam adalah kinerja Lembaga Keuangan Alternatif dan
Kesehatan Kelembagaan dan Keuangannya.
1.
Kinerja Lembaga
Keuangan Alternatif
Faktor-faktor yang dianalisis
meliputi :
a.
Pelayanan Mudah, Murah
dan Cepat
Hasil penelitian
lapang menunjukkan bahwa BMT menempuh cara-cara yang mudah dan murah dalam
memberikan pelayanan kepada para nasabah/anggota. Sebagai contoh,untuk
mendapatkan pembiayaan, katakanlah dibawah Rp. 300.000,- nasabah cukup mengisi
formulir permohonan pinjaman dan diikuti dengan peninjauan lokasi dan
pengamatan usaha yang bersangkutan. Untuk pembiayaan yang sangat kecil ini
biasanya BMT tidak mensyaratkan agunan tambahan, kecuali pembiayaan di atas
Rp.500.000,-. Untuk menjamin pembiayaan kembali tepat waktu dan jumlah, BMT
cukup menilai kelayakan usaha dengan cara mendatangi lokasi usaha. Penilaian
kelayakan usaha dimaksudkan untuk memperkirakan kemampuan mengembalikan dalam
jumlah dan waktu yang tepat. Umumnya permohonan pinjaman dapat disetujui atau ditolak
dalam tempo kurang dari 1 minggu. Bagi nasabah lama jangka waktu pengembalian
keputusan untuk menolak atau menerima pengajuan pembiayaan bisa lebih pendek
lagi yaitu antara 1 – 3 hari. Selain itu, biaya pengurusannya sangat murah
yaitu dalam bentuk pungutan biaya administrasi dan meterai. Data lapang
menunjukkan bahwa BMT memungut biaya dari 68% nasabah sebesar 0,5% - 1%,
sebanyak 2% dari 21% nasabah dan Rp.2.000,- dari 11% nasabah peminjam.
b.
Pertumbuhan Asset BMT
Dilihat dari
sisi debet neraca BMT, assetnya terdiri dari aktiva lancer dan aktiva tetap.
Sementara dilihat dari sisi kredit pada neraca, asset BMT merupakan penjumlahan
simpanan suka rela dan jumlah modal yang dimiliki. Nilai asset dapat
mencerminkan kekayaan dan kewajiban BMT kepada para pemilik maupun pihak
ketiga. BMT yang assetnya mengalami pertumbuahan terus menerus berarti BMT itu
selain tumbuh makin besar, juga berarti semakin dipercayai baik oleh pihak
pemilik maupun pihak ketiga Menganalisis asset BMT dari nilai besarannya
tidaklah cukup, karena itu perlu memperhatikan tingkat pertumbuhannya.
Angka-angka pertumbuhan dapat mencerminkan tingkat perkembangan BMT yang
sesungguhnya. Hampir semua BMT yang diteliti menunjukkan pertumbuhan asset yang
sangat cepat.
a.
Kemampuan Menyediakan
Pembiayaan
Dari BMT sampel
yang diamati terlihat adanya peningkatan kemampuan atas penyediaan pembiayaan
usaha kecil. Nasabah usaha kecil yang dilayani BMT adalah pedagang pasar, bakul
sayur, tukang bakso, pedagang eceran, warung, pedagang keliling dan usaha mikro
lainnya. Mereka membutuhkan modal kerja dengan perputaran harian, mingguan atau
bulanan. Hasil penelitian atas BMT menunjukkan bahwa BMT melayani pinjaman mingguan
sebanyak 26% dan pinjaman bulanan sebanyak 74%.
Kemampuan menyediakan pinjaman sangat
bervariasi dan besarnya dipengaruhi usia BMT, kesanggupan pendiri menyediakan
tambahan modal, jangka waktu pengembalian serta ketaatan pengembalian pinjaman
dari para nasabah.
a. Kebutuhan
Tambahan Modal
Pada umumnya
tambahan bantuan modal digunakan untuk memperbesar usaha di sektor riil.
a. Mobilisasi
Tabungan
Agar masyarakat
terdorong dan gemar menabung, sebaiknya diberikan insentif dalam bentuk bagi
hasil yang disampaikan melalui kegiatan promosi, leaflet dan penyuluhan dengan
melibatkan tokoh masyarakat, pengurus majelis taklim. Nisbah bagi hasil yang
diberikan kepada para penabung bervariasi antar BMT. Tabungan yang jangka
waktunya lebih panjang mendapatkan nisbah bagi hasil lebih besar dibanding yang
jangka waktunya lebih pendek. Nilai total tabungan per BMT dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut ini.
a. Kemampuan
Menghasilkan Laba
BMT sebagai
lembaga keuangan alternatif dapat menghasilkan profit yang cukup besar.
a. Sarana
Usaha
Data lapang
menunjukkan bahwa sebagian besar BMT sampel tidak memiliki tempat usaha berupa
tanah dan bangunan. Dalam menjalankan usahanya, BMT umumnya masih mengontrak
tempat, menumpang atau karena mendapat hibah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar