Ketika
yang senior tak kunjung berprestasi, maka ketika sekumpulan remaja ini
mempertontonkan permainan dan semangat bertarung yang menawan, mimpi dan
harapan itu pun dipindahkan ke timnas U-19. Anak-anak muda itu --mereka baru
beberapa tahun melepas statusnya sebagai ABG (Anak Baru Gede) adalah anak-anak
SSB, pemain-pemain amatir, berasal dari berbagai daerah, serta jauh dari
gambaran bahwa pemain sepakbola adalah profesi yang mapan secara ekonomi.
U-19
tentu saja bukan level yang prestisius, bahkan sampai U-21 sekalipun. Tapi
sepakbola di level usia ini penting karena merupakan sebuah ukuran proses
pembinaan dan perkembangan seorang pemain bola. Khusus buat Indonesia, yang
mana istilah "pembinaan usia muda" dinilai jalan di tempat,
keberhasilan "Garuda Muda" menjuarai Piala AFF U-19 membuka mata
bahwa harapan itu selalu ada. Malahan itu menguatkan sebuah tesis bahwa dalam
hal bakat, Indonesia memiliki bibit-bibit yang bisa bersaing dengan negara-negara
lain. Dalam banyak turnamen yunior, rekam jejak anak-anak "Merah
Putih" sesungguhnya terbilang bagus. Contoh paling akhir adalah, selain
Piala AFF U-19, wakil Indonesia di Danone Nations Cup, yang disebut-sebut
sebagai Piala Dunia-nya untuk anak-anak usia 10-12 tahun, berhasil menduduki
peringkat kedelapan dari 32 negara.
Timnas
U-19 ini harus diakui memang sangat menjanjikan. Kalangan pengamat maupun
masyarakat awam bersepakat bahwa tim ini bisa bermain, baik secara fisik maupun
taktik. Pelatih Indra Sjafri, yang dikenal gemar blusukan ke pelosok-pelosok
untuk mencari pemain-pemain muda berbakat, layak diberi credit point dalam hal ini. Yang paling kentara
adalah, euforia yang seketika terbentuk setelah tim ini menjuarai Piala AFF
bulan lalu, mencerminkan betapa masyarakat kita haus dan dahaga pada prestasi.
Kemenangan dan menjadi juara sudah lama menjadi mimpi besar bangsa ini di dunia
sepakbola, setelah terakhir kali meraihnya 22 tahun silam. Harus diakui,
kecintaan masyarakat Indonesia pada timnasnya sungguh luar biasa, dan sering
kali bikin geleng-geleng kepala. Pada sebagian orang, harapan untuk melihat
timnas jadi juara tak pernah padam, betapapun berkali-kali itu pula mereka
mesti kecewa. Maka timnas U-19 ini seperti oasis di gurun pasir, laksana
matahari jam setengah enam pagi, yang datang untuk menyirnakan kegelapan malam.
Timnas
U-19 asuhan Indra Syafrie ini bermain sangat indah dan taktis. Vietnam,
Malaysia, dan bahkan ‘raksasa Asia’ Korea Selatan sudah merasakan bagaimana
kedahsyatan permainan Evan Dimas, dkk. Kematangan permainan Evan Dimas bak Xavi
Hernandez memimpin rekan-rekannya untuk bermain penuh determinasi. Permainan
cantik satu dua sentuhan dan bola-bola pendek Timnas benar-benar
mengingatkan pada permainan ciamik
Barcelona. Trio Evan Diman, Hargianto, dan Zulfiandi benar-benar menjadi motor
permainan taktis Timnas Indonesia, laksana Trio Xavi, Iniesta, dan Sergio
Busques di Barcelona. Belum lagi tusukan dan dribling menawan dari Maldini
Palli atau Dinan Xavier di sayap kanan maupun Ilham Udin di sayap kiri. Mereka
bermain sangat indah dan taktis, mengagumkan!
Euforia
Timnas U-19 memunculkan banyak harapan dan keyakinan bahwa Indonesia bisa
bicara banyak dalam sepakbola Asia Tenggara, bahkan Asia Semoga semangat dan
kepercayaan diri yang dibawa Timnas Indonesia U-19 bisa menular ke
kakak-kakaknya yang selama ini minim prestasi. Dan semoga PSSI bisa menjaga
baik skuad Timnas U-19 ini yang bisa dikatakan sebagai sebuah investasi
berharga masa depan persepakbolaan Indonesia.
Ref :
sport.detik.com
olahraga.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar